Penjelasan 7 tools dalam manajemen kualitas :
1. Diagram Pareto
Diagram
pareto disebut juga Gambaran pemisah unsur penyebab yang paling dominan
dari unsur-unsur penyebab lainnya dari suatu masalah. Hal ini dapat membantu menemukan
permasalahan yang terpenting untuk segera diselesaikan (ranking
tertinggi) sampai dengan yang tidak harus segera diselesaikan (ranking
terendah). Selain itu,
Diagram Pareto juga dapat digunakan untuk membandingkan kondisi proses,
misalnya ketidaksesuaian proses, sebelum dan setelahdiambil tindakan
perbaikan terhadap proses.
Adapun Penyusunan Diagram Pareto meliputi 6 (enam) langkah, yaitu:
- Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya berdasarkan masalah, penyebab jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya.
- Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik‑ karakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit, dan sebagainya.
- Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan.
- Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari yaang terbesar hingga yang terkecil.
- Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang digunakan.
- Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif masing- masing masalah. Mengidentifikasi beberapa hal yang penting untuk mendapat perhatian.
Selain itu Diagram Pareto ini mempunyai beberapa Prinsip yaitu :
- Vilfredo Pareto (1848-1923), ahli ekonomi Italia:
Mengatakan bahwasannya 20% dari population memiliki 80% dari total kekayaan
- Juran mengistilahkan “vital few, trivial many”:
20% dari masalah kualitas menyebabkan kerugian sebesar 80%.
Contoh Diagram Pareto
2. Histogram
A. Adapun karakteristik histogram adalah :
- Histogram menjelaskan variasi proses, namun belum mengurutkan rangking dari variasi terbesar sampai dengan yang terkecil.
- Gambar bentuk distribusi (cacah) karakteristik mutu yang dihasilkan oleh data yang dikumpulkan melalui check sheet.
- Histogram juga menunjukkan kemampuan proses, dan apabila memungkinkan, histogram dapat menunjukkan hubungan dengan spesifikasi proses dan angka‑angka nominal, misalnya rata‑rata.
- Dalam histogram, garis vertikal menunjukkan banyaknya observasi tiap‑tiap kelas.
B. Langkah – langkah Penyusunan Histogram
Menurut Mitra (1993), langkah penyusunan histogram adalah:
- Menentukan batas‑batas observasi: perbedaan antara nilai terbesar dan terkecil.
- Memilih kelas‑kelas atau sel‑sel. Pedoman: banyaknya kelas = akar n, dengan n = banyaknya data,
- Menentukan lebar kelas‑kelas tersebut. Biasanya, semua kelas mempunyai lebar yang sama. Lebar kelas = range / banyak kelas.
- Menentukan batas‑batas kelas. Kelas‑kelas tersebut tidak saling tumpang tindih.
- Menggambar frekuensi histogram dan menyusun diagram batangnya.
3. Check Sheet
Lembar isian
(check sheet) merupakan alat bantu untuk memudahkan dan menyederhanakan
pencatatan data. Bentuk dan isinya disesuaikan dengan kebutuhan maupun
kondisi kerja yang ada. Untuk mempermudah proses pengumpulan data maka
perlu dibuat suatu lembar isian (check sheet), dengan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
a) Maksud pembuatan harus jelas
Dalam hal
ini harus diketahui informasi yang jelas dan apakah data yang nantinya
diperoleh cukup lengkap sebagai dasar untuk mengambil tindakan atau
tidak.
b) Stratifikasi harus sebaik mungkin
Dapat dipahami dan diisi serta memberikan data yang lengkap tentang apa yang ingin diketahui.
c) Dapat
diisi dengan cepat, mudah dan secara otomatis bisa segera diananlisa.
Jika perlu dicantumkan gambar dan produk yang akan di check.
Tujuan
pembuatan lembar pengecekan adalah menjamin bahwa data dikumpulkan
secara teliti dan akurat oleh karyawan operasional untuk diadakan
pengendalian proses dan penyelesaian masalah. Data dalam lembar
pengecekan tersebut nantinya akan digunakan dan dianalisis secara cepat
dan mudah. Lembar pengecekan ini memiliki beberapa bentuk
kesalahanjumlah.
Ada beberapa
jeis lembar isian yang dikenal dan dipergunakan untuk keperluan
pengumpulan data, ayitu antara lain: Production Process Distribution
Check Sheet. Lembar isian jenis ini dipergunakan untuk mengumpulkan data
yang berasal dari proses produksi atau proses kerja lainnya. Out-put
kerja sesuai dengan klasifikasi yang telah ditetapkan untuk dimasukkan
dalam lembar kerja, sehingga akhirnya akan dapat diperoleh pola
distribusi yang terjadi. Seperti halnya dengan histogram, maka bentuk
distribusi data berdasarkan frekuensi kejadian yang diamati akan
menunjukkan karakteristik proses yang terjadi.
4. Fish Bone Diagram
Istilah lain
dari Fishbone Diagram adalah Diagram Ishikawa, dikembangkan oleh Kaoru
Ishikawa seorang pakar kendali mutu. Sering kali disebut sebagai
fishbone diagram dikarenakan bentuknya yang menyerupai tulang ikan.
Fishbone Diagram lahir karena adanya kebutuhan akan peningkatan mutu
atau kualitas dari barang yang dihasilkan. Seringkali dalam suatu proses
produksi dirasakan hasil akhir yang diperoleh tidak sesuai dengan
ekspektasi, misalnya: barang cacat terjadi lebih dari yang ditetapkan,
hasil penjualan sedikit, mutu barang kompetitor lebih baik dari barang
kita, nasabah lebih memilih produk kompetitor kompetitor , dan
lain-lain. Dari sinilah timbul pemikiran untuk melakukan analisa dan
evaluasi terhadap proses yang sudah terjadi dalam rangka untuk
memperbaiki mutu. Fishbone Diagram merupakan salah satu alat pengendali
mutu yang fungsinya untuk mendeteksi permasalahan yang terjadi dalam
suatu proses industri.
Fishbone
Diagram dalam penerapannya digunakan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang menjadi penyebab permasalahan. Diagram ini sangat
praktis dilakukan dan dapat mengarahkan satu tim untuk terus menggali
sehingga menemukan penyebab utama atau Akar suatu permasalahan. Akar
”penyebab ” terjadinya masalah ini memiliki beragam variabel yang
berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan.
Fishbone
Diagram sering juga disebut sebagai diagram Sebab Akibat. Dimana dalam
menerapkan diagram ini mengandung langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menyiapkan sesi sebab-akibat
2. Mengidentifikasi akibat
3. Mengidentifikasi berbagai kategori.
4. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran.
5. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama
6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin
1. Menyiapkan sesi sebab-akibat
2. Mengidentifikasi akibat
3. Mengidentifikasi berbagai kategori.
4. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran.
5. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama
6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin
Penggunaan
diagram tulang ikan ini ternyata memiliki manfaat yang lain yaitu
bermanfaat sebagai perangkat proses belajar diri, pedoman untuk diskusi,
pencarian penyebab permasalahan, pengumpulan data, penentuan taraf
teknologi, penggunaan dalam berbagai hal dan penanganan yang kompleks.
Apabila
“masalah” dan “penyebab” sudah diketahui secara pasti, maka tindakan
(action) dan langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan
diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk
dapat melihat semua kemungkinan “penyebab” dan mencari “akar”
permasalahan sebenarnya. Jadi sangat jelas bahwa Fishbone Diagram ini
akan menunjukkan dan mengajarkan kita untuk melihat “ke dalam” dengan
bertanya tentang permasalahan yang sedang terjadi dan menemukan
solusinya dari dalam juga.
Penyelesaian
masalah melalui fishbone dapat dilakukan secara individu top manajemen
maupun dengan kerja tim. Seperti dengan cara mengumpulkan beberapa orang
yang mempunyai pengalaman dan keahlian memadai menyangkut problem yang
terjadi. Semua anggota tim memberikan pandangan dan pendapat dalam
mengidentifikasi semua pertimbangan mengapa masalah tersebut terjadi.
Kebersamaan sangat diperlukan di sini, juga kebebasan memberikan
pendapat dan pandangan setiap individu. Ini tentu bisa dimaklumi,
manusia mempunyai keterbatasan dan untuk mencapai hasil maksimal
diperlukan kerjasama kelompok yang tangguh.
Analisa
tulang ikan dipakai jika ada perlu untuk mengkategorikan berbagai sebab
potensial dari satu masalah atau pokok persoalan dengan cara yang mudah
dimengerti dan rapi. Juga alat ini membantu kita dalam menganalisis apa
yang sesungguhnya terjadi dalam proses. Yaitu dengan cara memecah proses
menjadi sejumlah kategori yang berkaitan dengan proses, mencakup
manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan dan sebagainya.
5. Scattered Diagram/Diagram Tebar.
Scatter
diagrammerupakan cara yang paling sederhana untuk menentukan hubungan
antara sebab dan akibat dari dua variabel atau untuk menentukan korelasi
antara penyebab yang diduga dengan akibat yang timbul dari suatu
masalah.
6. Brain Storming
Data Brain
Storming bersifat kuantitatif. Karna disebut sebagai kumpulan data
berupa pernyataan – pernyatan yang diucapkan oleh anggota forum atau
rapat, dengan tujuan untuk menggali masukan-masukan yang diperoleh dari
anggota tersebut. Adapun aturan-aturan dalam pengumpulan data ini,
antara lain:
- don’t blame other (jangan mencela orang lain)
- menghargai pendapat orang lain
- menghormati pimpinan forum
- menerima apapun hasil dari keputusan forum
- sistem forum hádala musyawarah mufakat.
Brain
storming tidak sama dengan stratifikasi, stratifikasi lebih dekat
disamakan dengan data histogram tapi tidak sama secara keseluruhan.
7. Grafik dan Peta Kendali (Control Chart)
Control Chart
adalah grafik yang digunakan untuk mengkaji perubahan proses dari waktu
ke waktu. Merupakan salah satu alat atau tools dalam pengendalian
proses secara statististik yang sering kita kenal dengan SPC (Statistical Process Control), ada juga yang menyebutnya dengan Seven Tools. Pembuatan control chart dalam SPC bertujuan untuk mengidentifikasi setiap kondisi didalam proses yang tidak terkendali secara statistik (out of control) karena pengendaliannya terhadap proses maka control chart termasuk ke dalam aktivitas on line quality control.
Dalam proses pembuatan control chart sangat penting memperhatikan jenis data yang kita miliki untuk menentukan jenis control chart yang tetap, sehingga dapat memberikan informasi yang tetap terhadap kinerja proses. Kesalahan pemilihan jenis control chart
dapat berakibat fatal, karena tidak ada informasi yang bisa tarik dari
data yang sudah dikumpulkan bahkan dapat memberikan gambaran yang salah
terhadap kinerja proses.
Ciri khas
dari control chart baik untuk dapat variabel maupun atribute selalu di
batas oleh batas kendali atas ( Upper Control Limit) dan batas kendali
bawah (Lower Control Limit). Peta kendali X-bar R sebenarnya lebih baik
digunakan dari pada X-bar S karena dalam menggambarkan variasi yang
terjadi didalam sample dari setiap sub group, sedangkan dalam X-bar R
hanya menunjukan rentang nilai sample dalam masing-masing sub grup.
P Chart
digunakan untuk pengendalian proporsi produksi cacat, ukuran sample yang
dalam pembuatan P chart dapat berbeda antara suatu sub group dengan sub
group yang lainnya. Sedikit berbeda dengan NP chart, digunakan untuk
memonitor jumlah produk cacat dan ukuran sample sub group datanya harus
sama. P Charta dan NP chart dapat di dekati dengan distribusi binomial
dalam perhitungannya.
Jika yang
ingin kita kembalikan kecacatan dari suatu produk, maka control chart
yang dapat digunakan C chart dan U chart. Untuk pengendalian terhadap
jenis cacat maka harus menggunakan C chart, sedangkan U Chart digunakan
untuk pengendalian terhadap jumlah cacat per unit. Kedua peta kendali
ini, dalam perhitungan capability proses di dekati dengan distribusi
Poisson
Tidak ada komentar:
Posting Komentar